HELOINDONESIA.COM - Sebuah foto ikonik saat rudal interceptor dari sistem pertahanan udara (sishanud) "Iron Dome" milik Israel berhasil mencegat roket Badr-3 yang ditembakkan milisi Palestina dari jalur Gaza.
Dari foto yang beredar dan diunggah akun media sosial X,(at)RandomWorldWar, roket tersebut gagal mengincar area yang diduduki Israel setelah dihadang rudal Iron Dome.
Dalam thread yang dibuatnya, sishanud ini sangat penting dimiliki suatu negara untuk melindungi diri dari serangan musuh!
Penggunakan alutsista sistem pertahanan udara seperti Iron Dome harusnya bisa membuka mata masyarakat Indonesia akan pentingnya memiliki pertahanan udara berbasis rudal yang canggih, sesuatu yang Indonesia belum miliki dalam jumlah banyak.
Baca juga: Mirip Kacamata Biasa, Tapi Banyak Fitur Pilihan, Huawei Eyeware 2 Siap Meluncur di Pasar Asia
Lalu bagaimana cara kerja alutsista ini?
Iron Dome adalah rudal, peluru kendali, sebagai sishanud, ia menjalankan tugasnya untuk menjatuhkan ancaman yang berada di udara.
Di antaranya roket musuh, rudal musuh, drone musuh yang berukuran "besar", pesawat musuh, helikopter musuh, dll.
Cara kerja Iron Dome ini terintegrasi dengan radar dan tergantung dengan rudal yang dipakai, jarak tembak Iron Dome bisa mencapai ±70 kilometer.
Iron Dome beroperasi di setiap saat di segala kondisi cuaca dan dirancang untuk digunakan dalam 1 baterai.
Baca juga: Kecil-kecil Gahar, PowerBank Anker 335 Punya Kapasitas 20.000mAh Resmi Diluncurkan Secara Global
Tiap baterai Iron Dome terdiri dari sistem pengisian amunisi, radar, serta 3 hingga 4 unit sistem peluncur rudalnya sendiri.
Tiap unit peluncur rudal dilengkapi dengan 20 unit rudal interceptor, jadi dalam 1 baterai itu ada 80 rudal siap tembak dan saling cover dengan cakupan perlindungan ±150 km² per baterai.
"Cukup jauh, capable sebagai "payung udara," terangnya.
Sishanud Iron Dome bisa memprediksi lokasi jatuhnya roket atau rudal musuh, sehingga yang ditembak jatuh hanyalah ancaman yang akan mengenai area strategis atau bahkan fasilitas umum, hunian warga sipil, fasilitas militer dan lain-lain.
Baca juga: Bupati Dendi Berharap PCNU Terus Berkiprah dalam Pembangunan Moral dan Akhlak
Pola pikir dalam melakukan kalkulasi untuk sishanud missile-based ini tidak bisa dilakukan seperti 1 rudal harganya ±100.000 USD atau sekitar kurang lebih 1,5 triliun menembak jatuh roket yang harganya hanya ±1.000 USD.
Yang jadi pertanyaan, rugi dong, artinya sistem ini tidak berguna?
Jika pertimbangan kerugian yang disebabkan serangan musuh berhasil, misal korban jiwa, angka semahal itu tak jadi masalah bagi Israel.
Menurutnya, Sishanud Iron Dome ini sangat efektif tapi tidak sempurna sampai 100%.
Pihak Israel sendiri mengklaim bahwa tingkat keberhasilan intercept Iron Dome adalah 96%.
Baca juga: Dibekali Ryzen 7 dan Pendingin Udara, Mini-PC AooStar GOD78 Diluncurkan
Anggap saja 90% itu masih sangat amat bagus. Iron Dome bisa kewalahan saat terlalu banyak roket yang diluncurkan di saat yang sama.
Sistem yang bagus saja masih bisa kecolongan apalagi jika tidak ada sistemnya sama sekali, dan itu yang saat ini Indonesia hadapi.
Sishanud medium long range kita hanya ada 1 baterai NASAMS, itu pun terletak di dekat Ibukota Jakarta, sisa wilayah Indonesia dilindungi SHORAD saja.
Jadi kalau Indonesia terkena serangan rudal atau roket presisi musuh dengan intensitas tinggi, kalian harus banyak-banyak berdoa.
Baca juga: Dapatkan fitur Open Canvas Multitasking Tablet OnePlus, Bisa Jalankan 3 Aplikasi Bersamaan
"Indonesia sedang dalam proses melakukan akuisisi sishanud multi-layered Trisula karya anak bangsa Ceko, Turki, dan satu yang tidak bisa saya sebutkan," jelas .