Ia mengestimasi bahwa Pilkada Kalsel akan diikuti oleh tiga pasangan calon, yaitu Muhidin (Wagub Kalsel/Ketua PAN Kalsel), Raudhatul Jannah alias Acil Odah (istri Gubernur Kalsel dan Kadinkes Kalsel) dan Zairulah Azhar (Bupati Tanah Bumbu). "Pilkada Kalsel hanya diikuti tiga calon yakni, Acil Odah, Muhidin dan Zairulah," katanya ketika dihubungi Rabu (5/6/2024).
Menurut Suriani, tiga calon Gubernur potensial akan didampingi Acil Odah - Akhmad Rozanie Himawan (politisi Nasdem), Zairulah Azhar- Ibnu Sina (Wali Kota Banjarmasin)/Anang Syakhfiani (mantan Bupati Tabalong) dan Zairulah Azhar - Hasnus (anggota DPR RI)/Denny Indrayana (mantan Wamenkumham RI).
Menurut Suriani, analisisnya menunjukkan bahwa hanya akan ada tiga pasangan calon yang akan diusulkan oleh partai politik atau koalisi partai politik kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada akhir Agustus 2024. Hal ini dapat dilihat dari persyaratan minimal satu pasangan calon didukung oleh 11 kursi, sementara di DPRD Kalsel terdapat 55 kursi yang dapat menampung tiga pasangan calon.
"Persaingan dalam Pilkada Kalsel 2024 kami nilai cukup kompetitif, karena ketiga pasangan calon tersebut memiliki rekam jejak yang sebanding," katanya.
Suriani mengungkapkan bahwa ketiga pasangan calon yang akan bersaing dalam Pilkada Kalsel nanti memiliki pengaruh yang signifikan. "Oleh karena itu, masyarakat diharapkan untuk bijaksana dalam menentukan pilihan mereka," ujarnya.
Menurut Suriani, terdapat dua kader bakal calon dari Partai Golkar, yaitu Acil Odah (istri Ketua Partai Golkar Kalsel) dan Hasnuryadi Sulaiman HB (anggota DPR RI), keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan rekomendasi dari Ketua Umum DPP Golkar. Dan dalam perspektif ilmu politik, saat ini berada dalam fase 'The Secret Garden' yang hanya diketahui oleh elite partai di tingkat pusat.
"Dan saat ini kemungkinan masih dalam tahap lobi, siapa yang akan mendapatkan rekomendasi dari DPP Golkar Pusat, apakah Hasnur atau Acil Odah menarik untuk dinantikan," ujarnya.
Suriani menambahkan bahwa pada beberapa Pilkada sebelumnya, tokoh yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi belum tentu menjadi pemenang. Namun, hal tersebut tergantung pada strategi di lapangan dan bagaimana mereka membangun jaringan tim sukses, relawan, dan mendapatkan dukungan pemilih. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Kalsel, tetapi juga di daerah-daerah lainnya.