Nover, Setinggi-tinggi Bangau Terbang Tetap Kembali ke Profesi Wartawan

Rabu, 19 November 2025 22:00
Noverisman Subing HELO LAMPUNG

LAMPUNG, HELOINDONESIA.COM — Satu pemandangan berbeda, tercuplik rupa pada helat Uji Kompetensi Wartawan (UKW) PWI Lampung di Balai Wartawan Haji Solfian Ahmad, Jl Ahmad Yani No. 28, Kota Bandarlampung, Rabu-Kamis (19-20/11/2025), ada Noverisman Subing. 

Sosoknya ibarat pepatah, Setinggi-tingginya surutnya ke kubangan (pelimbahan) juga, artinya setinggi-tingginya perjalanan, akhirnya kembali ke profesk awal sebagai wartawan. "Profesi wartawan hingga napas terakhir," katanya. 

Kanjeng Nover, pemilik nama lengkap gelar H. Noverisman Subing, SH, MM, MH, di semester 5, jadi wartawan di HU Lampung Post 1989–1990 lalu resign dan menerima amanah sebagai ketua Senat FH UBL 1990–1991.

Ketika mahasiswa, lulusan SMAN Sukadana 1987 lanjut Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung (UBL) mengasah talenta kepemimpinan organisasinya di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Lampung.

Nover sempat kepincut politik. Selain tercatat pernah jadi Ketua DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Lampung 1990–1991, dia juga Wakil Sekretaris DPD I Partai Golkar Lampung 1990–1992.

Namun, publik Lampung kala itu lebih kenal dia hingga sewindu lebih kemudian, sebagai koresponden koran sore, Suara Pembaruan 1991–2002. Selain tercatat pula aktif  sebagai anggota PWI Cabang Lampung dengan Nomor 08.00.6086.95B.

Teguh muasal, di tengah-tengahnya dia aktif jadi salah satu Ketua Seksi di Ikatan Alumni (IKA) UBL Angkatan 87, sembari aktif di OKP sebagai Sekretaris MPW Pemuda Pancasila Lampung, keduanya kurun 1997–2002.

Tiba reformasi 1998, kran demokratisasi ekonomi politik Tanah Air turut pula bimbing Nover yang semakin dikenal sebagai politisi muda beringin potensial, lantas ikut nyaleg sukses terpilih terlantik jadi anggota DPRD Kabupaten Lampung Timur 1999–2004.

Terdidik selain sebagai pembaharu, sisi lain juga sebagai pembelajar, di sini Nover tak lupa terus menimba ilmu. Dia kuliah S2 UBL, 2002–2004. Kalau tak salah, diapun pernah Ketua PMII UBL kurun 2004–2007.

Selain itu, layak pula disebut petarung, nama Nover turut menjadi bagian epik dari sejarah agenda politik nasional terakbar, pemilihan kepala daerah secara langsung serentak pertama dalam sejarah Pemilu Indonesia: Pilkada 2005.

Dihelat di 7 provinsi, 174 kabupaten, 32 kota; Nover tercatat di barisan kandidat. Dia calon wakil bupati (cawabup) dari Partai Golkar, dampingi calon bupati Satono, sang ketua DPD setempat. Di Pilkada 27 Juni 2005, dasar hoki, Satono-Nover menang kuat.

Bak bunga mekar nan ranum, Wakil Bupati Lampung Timur 2005–2010 ini pun lantas mengharum, menjadi satu-satunya (saat itu mantan) wartawan cum aktivis yang sukses menjadi pejabat publik di Bumi Ruwa Jurai.

Cek absen, sejawat produk politik Pilkada ini lainnya: Eddy Sutrisno - Kherlani (Kota Bandarlampung), Lukman Hakim - Johan (Kota Metro), Zulkifli Anwar - Wendy Melfa (Lampung Selatan), Andy Achmad SJ - Mudiyanto Thoyib (Lampung Tengah), dan Tamanuri - Bustami Zainudin (Way Kanan).

Tak luput dari dera konflik, duet fenomenal Satono-Nover terpaksa pecah kongsi kala Pilkada 2010. Keduanya maju calon bupati. Partai memecat Satono yang tersangkut rasuah, dan memilih maju lewat jalur calon perseorangan atau calon independen (caden) dengan cawabupnya yang jua mantan Ketua KPUD setempat, Erwin Arifin.

Pengganti Satono? Ya, Nover. Jadilah dia saat daftar ke KPUD, cabup sekaligus Ketua Partai Golkar setempat. Naas kalah telak, Nover harus akui hoki duet Satono-Erwin.

Sejarah merekam, Pilkada Lampung Timur 2010 selain sukses (satu-satunya yang dimenangkan paslon caden) juga kelam: diikuti dimenangkan spektakuler dengan raihan 49,89 persen suara sah, oleh cabup pejawat berstatus tersangka dugaan tipikor penyalahgunaan penempatan dana APBD setempat di BPR Tripanca Setiadana senilai Rp119 miliar (Tripancagate).

Kompas sampai men-jejak digital-kannya via judul reportase "Tersangka Korupsi Menang Mutlak" edisi 1 Juli 2010, lengkap dengan cuplikan pendapat analis politik FISIP Unila Syarief Makhya, yang menyebut "keunikan" tersebut antaranya disebabkan "masyarakat Lamtim miliki sensitivitas rendah terhadap isu-isu korupsi sehingga tak terlalu hiraukan isu-isu yang muncul maupun track record calon.

Selain, Satono memiliki hubungan mengakar kuat di masyarakat baik sebagai cabup pejawat atau dalang" (saat itu Satono juga Ketua Pepadi Lampung, kini mendiang).

Terdepak dari gelanggang, dia tak berhenti. Bukan banting setir, disamping tetap aktif berpartai, senyampang lama, sambi bisnis, menjadi Komisaris Mataram Karya Mandiri sampai 2014. Tahun dia nyaleg dan menang terpilih terlantik sebagai anggota DPRD Lampung dapil Lampung Timur. Dari parpol berbeda, kali ini Partai Kebangkitan Bangsa.

Lantaran terjungkal dari kursi ketua Partai Golkar, notabene secara platform ideologi politik, aksi lompat pagar Nover ke PKB pun tak jauh-jauh dari preferensi Nover yang kala itu juga tercatat menjadi Wakil Ketua PW IKA PMII Lampung 2013–2018 itu.

Notabene juga nahdliyin, ketua saat itu Chusnunia Chalim (Nunik) mendapuk Nover menjadi salah satu Wakil Ketua DPW PKB Lampung. Karir parlemen Nover ternasbih pula tercatat sebagai dua periode anggota DPRD Lampung Fraksi PKB per 2014–2024.

Ditengahnya, saat tiba Pilkada 9 Desember 2015, giliran Nunik mendapuk Nover jadi panglima perang Pilkada. Dasar petarung, Nover pun tunai mandat jadi ketua tim pemenangan Nunik, cabup Lampung Timur 2016–2021 dan cawabup Zaeful Bukhori. Duet pemenang.

Sebelumnya tercatat masuk dalam kabinet Prof Dr Moh Mukri yang mendapuk Nover sebagai salah satu Wakil Ketua Tanfidziah PW Nahdatul Ulama Lampung 2018–2023, saat nyaleg lagi Pemilu 2019 dapil sama, dia terpilih jua terlantik lagi, dulang 10.121 suara.

Lantas kala tiba Pilkada pertama republik yang dihelat di era pagebluk Covid-19 alias 'Pilkada bermasker', Nover didaulat lagi jadi panglima perang. Tunai mandat berulang.

Kali ini dia jadi ketua tim pemenangan cabup Lampung Timur 2021–2024 Dawam Raharjo bareng cawabupnya, Azwar Hadi, di Pilkada 9 Desember 2020. Dan lagi, menang.

Syahdan pernah sekretaris tingkat provinsi dua dasawarsa sebelumnya, Nover lalu juga tercatat didapuk sang ketua, Rycko Menoza, jadi salah satu Wakil Ketua MPW Pemuda Pancasila (PP) Lampung 2022–2027.

Pun, lelagi terpaksa masuk pusaran konflik elit, entah bagaimana jalan ceritanya, Nover bikin publik politik sini sejenak gempar, saat memutuskan kembali berteduh ke pangkuan beringin; "pulkam" lagi jadi anggota Partai Golkar Lampung, per 2 Agustus 2024 lewat.

Dan kini, selain sehari-hari aktif sebagai Ketua Senat FH UBL 2023–2028 dan Ketua IKA UBL 87, Noverisman Subing juga tercatat salah satu Penasihat PWI Provinsi Lampung.

"Profesi wartawan tidak akan hilang dari jiwa dan raga sebelum napas ini benar-benar terhenti, karenanya sebagai seorang wartawan harus senantiasa belajar dan belajar guna mengikuti perkembangan zaman," ujar keterangan unggahan media sosial Nover, Rabu pagi, seperti disitat.

Dan seperti tampak foto, Nover sumringah. Bikin terkesiap, bikin sesiapapun saja yang menghargai momen teman atau sahabat berbagi rasa —sambung rasa, sontak turut mengangguk mengiyakan, turut bela rasa.

"Saya bersama puluhan wartawan yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Lampung mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) sebagai syarat utama untuk menentukan apakah diri kita masih layak sebagai wartawan," tulis Nover, yang tercatat berstatus Wartawan Muda.

Dan seperti tampak foto, rekan muda Nover sesama peserta UKW ini yakni aktivis cum jurnalis, Direktur Eksekutif Klasika Lampung cum wartawan Pembaruan.id, Ahmad Mufid.

Nover menerangkan, taja UKW ke-36 yang diselenggarakan PWI Lampung ini diikuti oleh setotal 38 orang wartawan. "Terdiri dari (peserta UKW) jenjang Utama empat orang, saya dan 15 wartawan lainnya di jenjang Madya, serta 18 lainnya di jenjang Muda," rincinya genapkan 'reportase' unggahan.

Untuk informasi, sebagaimana per awal dipublikasi via poster digital luas beredar, Ketua PWI Lampung Wirahadikusumah merincikan, taja edukatif Pekan Pendidikan Wartawan Lampung 2025 ini dimulai dengan taja pemantik diskusi publik hari pertama.

Diskusi isu mutakhir bertajuk "Uji Integritas Wartawan di Tengah Arus Kecerdasan Buatan (AI)" ini sukses dihelat, sama tempat.

Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal secara resmi membuka Pekan tersebut. Istimewa hadir, Ketua Umum PWI Pusat 2025–2030 produk Kongres Persatuan di BPPTIK Komdigi Cikarang, Jawa Barat, 30 Agustus lalu; yang juga Direktur Utama LKBN Antara per 2023 silam, Akhmad Munir.

Telah pula dilanjut agenda hari kedua, Diklat Wartawan (Ke-PWI-an) dan Pra UKW, Selasa (18/11/2025). Lalu, dua hari berturut-turut dahi pesertanya bakal sedikit mengkerut, tetanda lazim tengah fokus ikuti UKW PWI Lampung Rabu-Kamis, 19-20 November ini.

Baru tiba taja pamungkas, diskusi publik hari terakhir bedah isu perpajakan, bertema "Pajak Menekan, Media Sulit Bertahan", di Ballroom Swiss-Belhotel Lampung, Jl HR Rasuna Said 18 Gulak Galik, Telukbetung Utara, Bandarlampung, Jum'at (21/11/2025).

Pembaca, kekalau saja nan ada lupa, nama Joesoef Fascinar tercatat dalam sejarah kiprah PWI di Bumi Ruwa Jurai, ditetapkan sebagai Ketua PWI Perwakilan Lampung saat Karesidenan Lampung masih tergabung Provinsi Sumatra Bagian Selatan.

Dan nama yang kini diabadikan menjadi nama Balai Wartawan PWI Lampung, Haji Solfian Ahmad, saat itu duduk Bendahara.

Tetapi jauh sebelum itu, praktis telah sejak era 1950-an, secara embrionik telah lahir Persatoean Pelajar Wartawan Indonesia (PPWI) dimotori duet Ismet Ismail dan Anang Husin, berkedudukan di Teloekbetoeng. Ini organ pelopor penggerak pers Lampung.

Dinamis, PPWI terbelah dua: satu Ikatan Peladjar Wartawan Indonesia (IPWI), satu Yayasan Pers dan Djoernalistik (Yaperda). Niatnya akhiri dualisme, Yaperda gagal misi. Kabar kekisruhan sampai ke telinga Raden Muhammad, Residen Lampung kala itu.

Prihatin dan enggan konflik berlarut, sang Residen ikut turun tangan. Dia sekalian menyerahkan sebidang tanah seluas 720 m² berikut bangunan untuk dijadikan Balai Wartawan, di lokasi kantor PWI Lampung saat ini (dulu Durianpayung, kini Palapa).

Melalui pertemuan digagas Zainal Abidin Daud, dipimpin Paridjo Hardjo, lantas lahir wadah baru pemersatu: Pewarta Lampung.

Saat Gestapu pecah, pembangunan Balai Wartawan sempat terjeda. Akhir Desember 1965, PWI Perwakilan Lampung terbentuk dan diketuai pertama oleh Joesoef Fascinar.

Sejak itu bongkar pasang pengurusan pun dilakukan tetanda berbenah. Hingga tiba aspirasi kolektif untuk mandiri lepas dari status PWI Cabang Sumatra Bagian Selatan.

Bermahapuncak terbitnya SK PWI Pusat Nomor 018/P.P/1970 tertarikh 29 Mei 1970 tentang Pengesahan Perubahan Status PWI Perwakilan Lampung Menjadi PWI Cabang Lampung. Lalu dari generasi ke generasi, tongkat estafet kepemimpinan PWI Cabang Lampung inipun silih berganti.

Seperti dikutip dari keterangan narator Novi Balga dalam tayangan video dokumenter perjalanan PWI Lampung yang diresepsikan pada taja HUT ke-55 di Hotel Grand Mercure Bandarlampung 25 Mei lalu, PWI sini tercatat punya delapan ketua kurun 14 periode itu.

Siapa saja? Ketua pertama kurun 1970–1972 dan seperti telah disebutkan di atas turut diabadikan menjadi nama Balai Wartawan PWI Lampung, sosok kelak juga membidani lahirnya HU Lampung Post 10 Agustus 1974, tercatat pula memimpin lima periode kurun pertama lanjut empat periode sepanjang kurun 1974–1990 hingga dijuluki istimewa pula oleh penyair Rosihan Anwar sebagai ‘Mullah Pers Lampung’: Haji Solfian Ahmad.

Ketua kedua, periode 1972–1974, notabene tak cuma mahir menulis nun turut bertempur bersama pasukan RPKAD tumpas Gestapu, disebut jua tokoh pejuang: Muhaimin Kohar.

Usai periode ketiga kembali dijabat Solfian Ahmad, lanjut ketua ketiga, menahkodai kurun 1990–1994 yang tak kalah menyejarah, lantaran sukses menghela taja nasional yang dibuka langsung oleh Presiden Soeharto, yakni Kongres Nasional XIX PWI dan Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) V/1993, Lampung tuan rumah: Martubi Makki.

Ketua keempat, periode 1994–1998, selain dikenal sekaligus dikenang sosok tegas, getol menertibkan keanggotaan PWI dari anasir oknum wartawan tak bertanggung jawab,bjuga senada dikenal dan dikenang sebagai sosok idealis: Agus Soelaeman.

Ketua kelima, periode 1998–2002, periode 'pecah bisul', periode progresif reset ulang sistem ketatanegaraan, periode revolusioner gempita reformasi seiring lahir kemudian, beleid sakti UU Nomor 40/1999 tentang Pers, menyusul kelak lahir UU 32/2002 tentang Penyiaran; plus periode berakhirnya era wadah tunggal organisasi kewartawanan sekaligus sematkan status baru PWI sebagai 'pejawat' kelahiran Surakarta 9 Februari 1946.

Menyusul hadir Pewarta Foto Indonesia (PFI) kelahiran 22 Maret 1992 nama mula Focus lalu prakarsa pewarta foto media cetak di Jakarta dideklarasikan 18 Desember 1998, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dirian 58 jurnalis dan kolumnis di Deklarasi Sirnagalih Bogor 7 Agustus 1994 ujud antitesa pasca pemberedelan Majalah Editor, Tabloid Detik, dan Majalah Tempo oleh rezim Soeharto.

Telinga publik pers Indonesia pun kian karib dengan (per linimasa pendirian) sebut saja, Komite Wartawan Reformasi Indonesia (KWRI) dirian 22 Mei 1998, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) dirian 30 Mei 1998, dan Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) dirian 26 Juli 2002, inilah era PWI Lampung dikomandoi sosok supel "wartawan sejati yang tetap menulis meski sakit, setia pada profesi jurnalis hingga akhir hayat", perintis dan pimpinan HU Lampung Ekspres: Harun Muda Indrajaya karib Buya HMI.

Berikut, ketua keenam, dua periode kurun 2002–2010, pewaris semangat sang ayah
Solfian Ahmad, suksesor pembentukan 8 perwakilan PWI Kabupaten di Lampung demi pemenuhan kebutuhan riil pemerataan profesionalitas, pendiri dan pimpinan HU Sumatera Post: Ahmad Rio Teguh.

Lanjut, ketua ketujuh, idem dua periode kurun 2011–2021, pengampu renovasi total gedung Balai Wartawan jadi megah tiga lantai, juga pencatat rekor penaja 24 kali UKW serta membangun Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) PWI Lampung yang lantas diadopsi menjadi program nasional bahkan distrukturkan jadi unit khusus di tubuh PWI Pusat, pendiri Bandarlampung News dan Harian Momentum: Supriyadi Alfian.

Pamungkas, kini tengah menjabat, ketua kedelapan, periode 2021–2026, penelur ide kreatif cum pelinifokus bidang pendidikan sebagai driving forces peningkatan berlipat kualitas SDM kewartawanan di tubuh PWI, gaet kampus dan sekolah demi tercetaknya wartawan yang tak cuma tajam menulis, juga beretika berdaya saing, pernah kesayangan Dahlan Iskan kala berkarir di Radar Lampung JPNN Group terakhir Pemred, kini dia Dirut Rilis.id Lampung: Wirahadikusumah.

Dan dari sauh sejauh itu: 55 tahun sudah PWI Lampung menyusuri jejak pengabdian, dari perjuangan, ke profesionalisme. Dari idealisme, ke aksi nyata. Yang oleh Wira dkk sebut "bukan sekadar sejarah. Ini adalah perjalanan semangat: Menjaga marwah pers, menyuarakan kebenaran".

Balik ke Nover, tanpa sadar, yang dilakukan dia hari ini, dengan tangan terbuka kembali me-reedukasi diri demi mengaktualisasi dan mengartikulasi mimpi cita dan jua harapan, dengan tetap rendah hati ambil posisi jadi seorang: pembelajar.

Sekali lagi, sejarah tetap sejarah, sekaligus penutup, Noverisman Subing tercatat pula sebagai wartawan anggota PWI Lampung pertama yang terpilih menjadi kepala daerah produk Pilkada pertama pascareformasi.

Keep spirit, go ahead, Kanjeng Nover! Tabik. (Muzzamil)

 - 

Berita Terkini