Mengenal Rasul Allah (Bagian ke-5) Wadzifatur Rasul Oleh Ustadz Gufron Azis

Sabtu, 4 Oktober 2025 16:10
Gufron Aziz Fuadi Gufron Aziz Fuadi

Oleh Ustadz Gufron Azis Fuandi

SEJAK SD kita akrab dengan bunyi hadits, Innama Bu'itstu liutammima makarimal akhlak  yang artinya, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia."   Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Abu Hurairah.

Kemudian kepada kita, waktu itu dikenalkan bagaimana perilaku jahiliyah seperti berzina, berjudi, korupsi, membunuh dan sebagainya. Mungkin karena waktu itu kita masih kecil, guru kita tidak menjelaskan betapa induk dari semua perilaku jahiliyah itu adalah tidak mengenal Allah sebagai Tuhan Yang sebenarnya.

Tuhan Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak punya sekutu dan hanya Dia satu satunya yang berhak disembah.

Tetapi apa yang disampaikan guru kita pada waktu itu tidak salah, karena sesuai dengan tingkat pengetahuan dan tingkat berpikirnya kita. Semoga Allah merahmati para guru kita. Aamiin.

Sebenarnya wadzifatur Rasul atau tugas Rasul lebih dari itu yaitu:

Pertama, menyampaikan wahyu atau menyampaikan risalah.

Kedua, iqomatuddin atau menegakkan agama. Menyampaikan risalah tanpa menegakkan agama  akan membuat risalah tersebut hanya ada di atas kertas. Tidak akan pernah menjadi aturan yang berlaku dan dipatuhi alih alih menjadi soko guru peradaban.

Dalam sejarah para nabi dan rasul, yang menjadi penyebab risalah mereka selalu dimusuhi adalah karena adanya tugas yang kedua ini, tugas iqomatuddin, menegakkan agama.

Para rasul yang digelari sebagai Ulul Azmi seperti Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad adalah karena mereka sangat gigih dalam dakwah menegakkan agama.

Mereka tak gentar apalagi mundur menghadapi kekuasaan yang berdiri mengangkang.

Nabi adalah orang yang menerima wahyu dari Allah sedangkan rasul adalah nabi yang mendapatkan risalah atau syariat baru untuk disampaikan kepada umat manusia pada zamannya.

Karena Rasulullah Muhammad Saw adalah nabi penutup atau nabi akhir zaman maka risalah nya harus disampaikan kepada seluruh manusia (Saba': 28) hingga hari kiamat. Firman Allah:
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (Al Maidah: 67, lihat juga Asy Syura: 13-15))

Apa isi dari risalah tersebut?
Pertama, ma'rifatul khaliq atau mengenalkan siapa Sang Pencipta dan Yang harus disembah.

"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal". (Muhammad: 19)

Kedua, kaifiyatul ibadah atau mengajarkan bagaimana cara beribadah kepada Allah. Dalam surat al Kahfi ayat 110,
"...Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya." (Lihat juga Al Bayyinah: 5).

Selanjutnya, ketiga, risalah rasul Allah berisi minhajul hayah atau pedoman hidup.
Nenek moyang kita Nabi Adam dan Hawa berasal dari surga, dan itu juga adalah tempat kita kembali nanti. Kehidupan dunia adalah tempat kita diuji, bila kita gagal dalam ujian hidup didunia maka kita akan kembali ke tempat yang salah, bukan surga tetapi neraka.

Agar manusia tidak gagal dalam meniti hidup di dunia maka Allah mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk hidup manusia, al Quran dan Sunnah.

Allah adalah pencipta surga dan neraka dan Dia juga Yang Menciptakan manusia dan dunia, sudah barang tentu Dia lah yang paling tahu tentang semua halnya. Tentang alamat tujuan dan jalannya kesana.

Keempat, melakukan tarbiyah, taujih dan nasihat agar terbentuk para kader dakwah yang tangguh yang akan membantu Rasul dalam melakukan tugas berikutnya. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al Jumu'ah, 2:
"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah). Sungguh, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata."

Tugas berikutnya, yang kedua, adalah iqomatuddin atau menegakkan agama. Tugas ini sangat berat, karena itu Rasulullah perlu mentarbiyah para sahabat sehingga mereka menjadi kader tangguh yang tidak saja memahami syumuliyatul Islam tetapi juga hakikat sira' bainal haq wal bathil (hakikat pertarungan abadi kebenaran vs kebathilan), kader yang ikhlas dalam beramal dan berjihad.

Yang siap berkorban dan taat serta tetap tsabat (teguh) menghadapi berbagai halangan dan rintangan. Bahkan totalitas (tajarrud) dalam berjuang. Setia kawan (ukhuwah) dan saling mempercayai (tsiqah) dengan sesamanya.

Hal ini karena mereka tahu bahwa perjuangan menegakkan agama tidak digelari dengan karpet merah dan taburan bunga tetapi bagaikan berjalan dibawah kilatan pedang.

Dan Rasul Allah berhasil membina para sahabat menjadi mujahid dakwah yang tangguh. Sehingga tidak salah bila beliau disebut sebagai "imamul Mujahidin" sebagaimana dalam shalawat tarhim.

Allah berfirman dalam Asy Syura, 13:
"Dia (Allah) telah mensyariatkan bagi kamu agama yang Dia wasiatkan (juga) kepada Nuh, yang telah Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), dan yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu: tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki pada (agama)-Nya dan memberi petunjuk pada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya)."

Ayat di atas menegaskan kesamaan misi risalah para rasul Allah dan tugas iqomatuddin,  juga bagaimana sikap orang orang yang menolaknya.

Islam itu ya'lu wala yu'la 'alaihi, Islam itu tinggi dan tidak ada yang bisa melebihinya. Karena itu, untuk menegakkannya membutuhkan effort yang sangat keras dan kerjasama bahu membahu semua umat Islam dan yang menjadi tulang punggungnya adalah kader yang terbina. Itulah mengapa Rasul melakukan binaur rijal, mencetak generasi tulang punggung. Bukan generasi tulang lunak!

"Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran: 104, jo. Al Ahzab 23)

Apa yang dilakukan Rasulullah Saw dalam rangka dakwah menyebarkan risalah secara keseluruhan adalah pedoman dan panduan dakwah (minhajud dakwah) bagi kita.

Beliau mencontohkan kapan saatnya menjadi penyantun, kapan toleran, kapan harus tegas dan kapan harus berperang.
Berperang pun tidak hanya membela diri tapi juga ada saatnya harus menyerang lebih dahulu ketika musuh sedang bersiap menyerang. Karena kadang pertahanan yang paling baik adalah menyerang.

Sungguh, mempelajari perikehidupan Rasul Allah sepertinya tidak akan ada habisnya.
Shallu 'alannabi...

Wallahu a'lam bi shawab
(Gaf)

Berita Terkini